Pelajaran Cinta Buat Adikku
Pribadi Crissy juga sangat baik sekali, supel, mudah bergaul, murah senyum dan ramah. Bahkan hubungan kami sebagai adik-kakak pun hampir tidak pernah ada masalah. Demikian juga diluar lingkungan keluarga, adikku juga selalu jadi suporter utamaku yang fanatik dalam aktivitas olah raga yang kuikuti. Dia menganggapku bukan hanya sebagai kakak, tapi juga pahlawan dan type pemuda idamannya.
Hubungan kami pun jadi semakin rapat seiring dengan pertumbuhan kami. Kami saling membantu dan mensupport aktivitas kami masing-masing. Aku juga sangat bangga akan prestasi-prestasi yang diraihnya. Aku benar-benar memberikan segalanya buat Chrissy, perhatian dan kasih sayangku kepada Chrissy bahkan lebih besar dari pada orang tua kami. Dan kebetulan kedua orang tua kami terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hampir sepanjang hari mereka tenggelam dalam kesibukan bisnisnya sehingga seolah-olah kehabisan energy untuk mengurusi permasalahan anak-anaknya.
Karena kedekatan kami maka Chrissy selalu mengadukan semua permasalahannya kepadaku, mulai dari hal yang paling rahasia sampai hal-hal yang paling sepele sekalipun. Dan ketika Chrissy mulai menginjak remaja, aku jadi semakin proactive dan protective terhadap persoalan remajanya melebihi dari kakak-adik pada umumnya.
Salah satu permasalahan khususnya adalah hubungannya dengan pacarnya saat ini. Aku benar-benar memberikan perhatian secara khusus. Aku selalu memonitor setiap kali dia melakukan kencan. Adalah sangat mengherankan bahwa hubungan kami berdua tetap terpelihara baik, karena Crissy juga sangat menghagai akan perhatianku. Walaupun kebribadian Crissy yang demikian mengagumkan, tetapi dia begitu peka dan rentan perasaannya, khususnya kalau menghadapi seorang pemuda, sehingga kadang-kadang dia pulang kencan dengan mata merah habis menangis. Akupun segera menghiburnya, membantunya memecahkan permasalahannya ataupun menerangkan bagaimana sikap dan perasaan seorang pemuda dan juga memberikan tip-tip strategi untuk melindungi kepentingannya secara bijaksana.
Salah satu permasalahan yang dihadapi Crissy adalah berhubungan dengan perkembangan sexuality. Banyak permasalahan dan air matanya yang diberikan kepadaku untuk masalah ini, dan akupun mencoba memecahkan persoalannya secara bijaksana dan tuntas, langsung kepokok permasalahannya. Aku kadang-kadang menggunakan cerita tentang madu dan lebah. Terkadang aku juga berusaha menerangkan dengan jelas tentang isue hubungan sex yang pernah dia dengar dari teman-teman wanitanya. Dari diskusi-diskusi yang kami lakukan, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa Crissy masih perawan. Tapi dari aroma kewanitaannya yang tercium olehku setiap kali dia pulang kencan, meyakinkanku bahwa status keperawanannya tidak akan bertahan terlalu lama. Dan akupun sudah bersiap-siap untuk memberikan saran kepadanya untuk memilih dan menggunakan pil anti hamil secara berkala.
Aku berusaha mengantisipasi perkembangan ini dari berbagai sisi. Satu sisi, perasaanku yang timbul secara otomatis untuk melindunginya dari kurang pengalamannya dalam memilih pemuda idamannya. Disisi lain aku perlu mengantisipasi karena melihat perkembangan sexualitynya yang begitu cepat, dan sangat mengundang setiap lelaki, sehingga aku khawatir dia akan mendapat banyak masalah. Disisi yang lain lagi, aku harus mengakui bahwa aku sangat cemburu. Aku juga memahami bahwa perasaanku ini sangat salah. Tapi aku tidak dapat menyembunyikan perasaanku ini manakala setiapkali mencium aroma kewanitaannya ketika Crissy pulang kencan.
Sering kubayangkan bagaimana bentuk vagina kecilnya, aromanya, kelembutannya ataupun sampai dimana kebasahannya. Dan setiap kali aku mencum aroma atau membayang kan bagian tersebut, kurasakan ketegangan dikemaluanku. Aku terkadang agak frustasi menghadapi persoalanku yang satu ini. Dan akupun menduga sedikit banyak Crissy juga tahu tentang perasaanku.
Jum'at malam, tidak seperti biasanya Crissy pulang kencan jam 9.00, biasanya jam 11.00 atau 11.30. Kebetulan aku sedang dirumah sendiri karena orang tua kami pergi week end. Aku sedang melihat TV ketika Crissy pulang. Biasanya Crissy akan berhenti sebentar dan mengucapkan hallo atau menceritakan sedikit tentang acara kencannya. Tapi malam itu dia setengah lari menuju kamarnya tanpa berhenti sama sekali. Akupun tercengang karena pemuda kencannya kali ini adalah pemuda yang aku dukung, karena aku tahu cukup baik tentang pemuda ini dan aku sangat mengharapkan pemuda ini akan bersikap baik kepada Crissy, bahkan seandainya Crissy harus kehilangan keperawanannya sebaiknya pemuda seperti ini yang melakukannya. Tapi yang pasti malam ini Crissy sepertinya mendapat masalah serius.
Sesaat kemudian kudengar suara shower dihidupkan dari kamar mandi, sehingga akupun perlu menunggu beberapa saat memberikan kesempatan Crissy untuk menyelesaikan mandinya, berpakaian dan lain-lain. Kemudian aku akan naik menemuinya sebagai seorang kakak yang selalu siap melindunginya.
Beberapa saat setelah shower berhenti, akupun naik kekamarnya. Kuketuk pintunya pelahan sambil berkata,
"Crissy, boleh aku masuk?"
Kudengar Crissy berkata, "Bila kamu juga menginginkannya".
Ketika pintu kubuka, kamar Crissy tampak agak gelap, hanya ada lampu duduk yang menyala. Crissy sedang tiduran di ranjangnya, selimutnya menutupi sampai leher. Sisa-sisa air mata tampak diwajahnya.
"Adikku sayang, apa yang terjadi?" kataku lembut sambil duduk disampingnya. Kuusap-usap rambutnya dan kuciup pipinya dengan kasih sayang. "Kamu dapat masalah dengan kencanmu malam ini?"
"Ya," kata Crissy pelan, tampak seperti mau nangis lagi.
"Masalah teman kencanmu?" tanyaku. Aku yakin permasalahannya sekitar hubungan sex.
"Tidak, tidak ada masalah dengan Jimmy. Kamu memang benar, dia benar-benar baik. Aku sangat menyukainya."
Aku jadi agak bingung menebak apa yang terjadi, "Lalu apa permasalahannya?" kataku sambil mengusap air mata dipipinya dengan tissue.
Crissy berusaha tersenyum sambil berbisik, "Karena masalah Crissy, itu saja."
"Katakan lebih jelas, apa yang kau maksudkan dengan masalah Crissy."
Air mata Crissy sudah berhenti, dia kemudian duduk diranjang, sepertinya dia akan menjelaskan sesuatu yang serius. Akupun konsentrasi untuk mendengarkan permasalahannya. Crissy mengenakan pakaian tidur baby-doll yang tipis tanpa bra, sehingga samar-samar dapat kulihat bayangan putting payu daranya yang mencuat menekan bajunya keluar. Aku berusaha menekan perasaanku yang bergolak melihat pemandangan indah tersebut. Akupun jadi bertanya-tanya, masalah apa yang bisa terjadi pada gadis secantik Crissy.
Crissy tidak memperhatikan kegelisahannku, kemudian menerangkan, "Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hubungan lebih jauh dengan Jimmy, karena dia memang pemuda yang baik. Aku sangat menyukainya."
Hatiku bergetar dan napasku semakin cepat. Aku takut aku nggak mampu mendengarkan ceritanya lebih lanjut. Berbagai macam pikiran saling bergolak di dadaku.
"Kita pergi ke danau Chisolm dan parkir disana. Kami berciuman beberapa saat. Kuletakkan tanganku dipahanya agar dia tahu aku menginginkan yang lebih jauh lagi. Diapun kemudian menysupkan tangannya ke dalam bajuku dan mengusap-usap pelan. Kurasakan dia sudah siap, maka aku menyarankan untuk pindah ke jok belakang. Kemudian kulepas celana dalamku. Melihat itu diapun segera melepas sabuk dan celana panjangnya. Dia meletakkan tangannya di celah pangkal pahaku dan mengusap-usapnya."
Batang kemaluan Bobby lasung bergolak mendengar cerita Crissy. Pemuda itu langsung diliputi perasaan cemburu dan sekaligus terangsang berat mendengar cerita adiknya tentang hilangnya kegadisannya. Bobby membayangkan bagaimana Crissy membuka pahanya lebar-lebar, vaginanya yang sudah basah siap menanti, perasaan cemburu paling berat yang selama ini tidak pernah dialami sebelumnya. Rasanya dia ingin menggantikan posisi Jimmy, meraba bagian pangkal paha Crissy dan menjelajahi setiap sudut bagian itu.
Ketika Crissy menghentikan ceritanya sambil nenarik napas panjang, Bobby yang tidak sabar, "Terus apa yang terjadi selanjutnya?"
Sambil merendahkan suaranya Crissy berkata, "Kemudian keadaan berubah menjadi buruk."
"Apa sakit sekali???" tanya Bobby menduga kelanjutan cerita Crissy.
"Tidak, tidak sakit sama sekali, karena dia tidak memasukkan anunya ke dalam milikku. Aku tidak mengijinkannya."
"Kamu tidak mengijinkan? Lalu apa yang terjadi kemudian?"
"Sebenarnya dia sudah siap untuk memasukkan 'anunya'... Kalian biasa menyebut 'cock'? ketika dia sudah akan memasukkan burungnya, aku segera menutup pahaku sehingga dia tidak bisa melakukan itu. Kelihatannya Jimmy benar-benar sudah tidak tahan, kemudian dia menggosok-gosokkan burungnya ke tubuhku, sebentar kemudian dia keluar. Makanya aku cepat pulang dan mandi. Oh... Bobby, aku telah mengecewakannya! Aku yang memulai dan ketika menit-menit terakhir aku sendiri yang membatalkannya. Akupun minta Jimmy segera mengantarkanku pulang. Aku benar-benar frustasi, kecewa dan menangis tentang apa yang terjadi. Aku benar-benar bersalah!"
Perasaanku benar-benar lega. Aku tidak bisa memahami atau menjelaskan sepenuhnya, yang jelas hatiku jadi berbunga-bunga karena Crissy tidak jadi kehilangan kegadisannya. Akupun memahami perasaanku terlalu egois tanpa melihat kenyataan bahwa bagaimanapun juga aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Aku seharusnya mendukung dan membujuknya untuk melanjutkan hubungannya, agar tidak sampai menjadi bencana buat hubungannya.
"Crissy sayang, hal itu memang tidak biasa terjadi pada seorang gadis. Kegadisan memang harus diberikan kepada orang yang tepat. Cobalah kamu usahakan untuk memahami dirimu sendiri kenapa kamu harus menolaknya?"
Crissy menatapku dengan tajam, kemudian dia menganggukkan kepala pelan-pelan.
"Kamu sudah mengerti?" tanyaku.
Crissy menganggukkan kepalanya lebih tegas dan berbisik, "Ya, aku sudah tahu, tapi tidak dapat mengatakannya kepadamu."
Bobby sampai terperangah, untuk pertama kalinya Crissy menyembunyikan perasaan kepadanya. Pemuda itu benar-benar tidak paham atas sikap adiknya ini. Sambil membelai-belai pipinya dengan lembut, Bobby berkata,
"Crissy, aku sangat menghormati privasimu, tapi ingatlah aku Bobby kakakmu, kita biasanya selalu tidak pernah merahasiakan sesuatu. Apa kamu ingin kita saling merahasiakan sesuatu?"
Crissy pun mulai menangis lagi. "Tidak," isaknya, "Aku tidak ingin merahasiakan."
"Kalau begitu kau mau cerita kepadaku?" kata Bobby.
Crissy kemudian mengatur posisi duduknya dan sambil menegakkan wajahnya dia pun berkata,
"OK kalau kamu memang ingin tahu, aku akan katakan terus terang. Alasan aku menolak Jimmy adalah... Alasannya adalah karena Jimmy bukan kamu."
Bobby benar-benar terkejut. Untuk beberapa saat mereka berdua saling berpandangan tanpa mengucapkan sesuatu... Pemuda itu benar-benar terkejut dengan mendengar kata-kata Crissy. Pemuda itu seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, apakah dia tidak sedang bermimpi? Apakah ini hanya pengaruh fantasinya terhadap adiknya selama ini? Rasa cintanya yang selama ini dipendamnya? Dan kecemburuannya? Apakah selama ini Crissy juga memendam perasaan yang sama kepadanya? Bobby yakin bahwa Crissy benar-benar mengatakan sejujurnya apa yang dipikirkannya.
"Crissy, apa yang kau maksudkan... ?"
"Ya, kakakku yang baik. Memang itu yang aku maksudkan. Maksudku aku tidak ingin memberikan keperawananku kepada Jimmy. Aku bermaksud memberikannya kepada seseorang yang benar-benar memperdulikan aku dan lembut dan menjadikannya benar-benar sempurna. Aku tidak ingin saat pertamaku berlangsung cepat tanpa kesan, dilakukan di jok belakang mobil yang mungkin bisa diintip anak-anak. Bobby, sudah lama aku memimpikan saat pertama kaliku adalah denganmu, dengan orang yang paling aku sayangi, kakakku yang manis Bobby."
Selesai mengatakan itu Crissy langsung memeluk lehernya erat-erat.
"Oh, Bobby, kamu baru tahukan? Apa yang kau pikirkan tentang aku sekarang!"
Bobby mengelus-elus punggung Crissy dengan penuh kasih sayang. Kemudian membisikkan ditelinganya,
"Apa yang aku pikirkan adalah kau lebih jujur dari pada aku, yang sebenarnya juga mempunya perasaan yang sama."
Crissy menarik tubuhnya dan memandang tajam wajahku. "Maksudmu kamu juga punya perasaan yang sama denganku?"
"Oh Tuhan, Crissy, sekali lagi, aku sebenarnya sudah mencoba untuk memendam dalam-dalam perasaanku tapi setiap kali selalu gagal. Masyarakat mengatakan hal itu adalah dosa bila seorang kakak mencintai adiknya sendiri, aku selalu ingin menjadi seorang kakak yang baik, tapi setiap kali kita membicarakan masalah sex, setiap kali kamu pulang kencan, hatiku selalu gelisah dan cemburu. Setiap kali kau menceritakan teman kencanmu hatiku menjerit, aku ingin bahwa itu adalah aku, aku ingin menggantikan posisi teman-teman kencanmu. Karena anggapan taboo untuk hubungan antara saudara maka aku selalu berusaha menekan perasaanku."
"Oh Bobby, taboo itu adalah anggapan kuno sebelum ada alat KB, yang bisa mencegah kehamilan. Anggapan itu mungkin untuk mencegah agar kakak tidak memperkosa adiknya, atau juga mungkin adik memaksa kakaknya."
Crissy berhenti sesaat kemudian meneruskan kata-katanya setengah berbisik, "Aku tidak memaksamukan Bobby? Kamu tidak berbasa-basi untuk sekedar menyenangkan diriku bukan?"
Kuraih tangan Crissy kemudian kuletakkan diatas kemaluanku.
"Rasakan dan katakan bagaimana menurut pendapatmu."
Tangan Crissy mengusap-usap bagian menonjol di depan celana jeanku. Karena saat itu aku sudah terangsang maka batang kemaluankupun sedang tegang maximal. Mata Crissy pun melotot, diapun berkata,
"Oohhh Bobby, punyamu keras, dan... Dan besar sekali!!!. Apa ini semua karena aku??? Aku bisa membuatmu begini???"
"Yeah, betul sekali. Melihat bayangan tubuhmu dibalik bajumu yang tipis, sentuhan dadamu saat berpelukan seperti ini dan membayangkan kalau kau nggak pakai baju, membuatku jadi begini."
"Kamu ingin melihat tubuhku telanjang kak?" bisik Crissy dengan suara lembut dan mesra.
"Oh, pasti Crissy, aku sudah sejak lama memimpikan meluhat tubuhmu tanpa ditutupi sehelai benangpun."
"Well, aku juga demikian," kata Crissy."Aku juga sudah lama memimpikan melihat kamu telanjang, melihat 'anumu' yang sering menonjol keras di celanamu itu."
"Apa lagi yang pernah kau angankan?" kataku penasaran.
"Aku memimpikan kita berdua telanjang bulat. Kau raba seluruh tubuhku dari kepala sampai ujung kaki. Kau menciumku seperti aku adalah pacarmu, bukan sebagai adik. Kau menciumi seluruh tubuhku... Khususnya di tempat-tempat yang sangat nikmat."
Kemudian Crissy berkata lagi dengan suara yang lebih pelan, "Kemudian aku memimpikan kau bermain cinta denganku, dan... kau ambil keperawananku, tentunya itu akan sangat nimat dan indah sekali."
Crissy kemudian memelukku erat sekali sambil menempelkan seluruh tubuhnya, "Bobby, buatlah impianku ini menjadi kenyataan."
Tanpa menjawab lagi pertanyaan Crissy, kuangkat wajahnya dan kucium bibirnya. Kucium seperti aku mencium kekasihku, tidak seperti adikku. Bibir kami saling terbuka dan lidah kami saling menyentuh dan mengait. Tubuh Crissy langsung bereaksi, nafasnya berpacu dengan cepat. Tanpa melepaskan ciuman kami, kini tubuhn Crissy tidur terlentang dan menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Seluruh permukaan tubuh kami saling berhimpit, saling bergesek dan nafas kamipun ikut berpacu.
Kuangkat bajunya ke atas dan buah dadanya yang kanan kuremas-remas pelan, putting payu daranya yang mencuat itu kupilin-pilin dan kuputar-putar. Kurasakan puttingnya semakin keras dan tegang, mulut Crissy merintih dan mendesah, memanggil-manggil namaku.
"Ooohhh Bobby, aaahhh... Bobby, Bobby... Enak sekali... Nikmat Bobby... Ohhh."
Ciumanku kemudian menjelajahi seluruh wajahnya, keningnya, matanya, pipinya, merambat ke telinganya dan juga ke lehernya. Seluruh wajahnya sudah basah oleh jilatanku. Bajunya kulepas melewati kepalanya sehingga buah dadanya terbuka sama sekali. Sepasang bukit indah yang sudah lama kuimpikan dan kubayangkan. Memang sepasang bukit itu benar-benar sempurna, jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Bulat, kencang dan mencuat indah sekali. Puttingnya yang berwarna merah muda tegang menantang dipuncaknya.
Ciumanku segera mendarat disana, merayapi lembahnya dan seluruh cembungan sampai mencapai puttingnya. Lidahku mengkait dan memutari putting kecil itu dan kemudian kujepit dengan bibirku, kupilin-pilin dan kuhisap-hisap. Kemudian ciumanku bergeser ke bukit satunya kuciumi seperti tadi. Suara desahan dan rintihan Crissy semakin keras, tubuhnya menggeliat setiap kali putting dadanya suhisap-hisap.
Sambil mengerjai sepasang bukit dadanya, tanganku juga ikut bergerilya. Selimut yang menutupi bagian bawah tubuh Crissy sudah kucampakkan. Jari-jariku kususupkan ke dalam celananya, bahkan langsung kebalik celana dalamnya. Crissy pun segera membuka pahanya lebar-lebar mengundangku agar lebih mudah dan leluasa menjelajagi bagian paling rahasia miliknya ini.
Akhirnya aku tidak tahan lagi, baju bawahnya dan celana dalamnya pun aku lepas sama sekali melewati kakinya. Seluruh kemulusan tubuh Crissy pun akhirnya terpampang nyata. Bagian segitiga dipangkal pahanya tampak cembung dan ditumbuhi rabut pirang yang halus serta terawat rapi. Ketika jari-jariku menelusuri celah-celah dari bibir vaginanya yang tebal, terasa hangat dan lembab. Tangankupun basah oleh cairan lendir yang keluar dari tempat paling rahasia Crissy, dan aroma khas cairan kewanitaan Crissy tercium memenuhi ruangan.
Fantasiku dan impianku akan vagina Crissy sudah menjadi kenyataan, aku benar-benar telah menjelajahi setiap inchi tubuhnya sampai yang paling rahasia, dan kami menikmati getaran percintaan setiap menitnya. Akupun telah membuat fantasi dan impian Crissy jadi kenyataan. Aku telah meraba dan menjelajahi seluruh tubuhnya dan menciuminya juga. Kini aku ingin memenuhi impianku lebih lanjut lagi, melengkapinya secara tuntas.
Pinggul Crissy sampai terangkat-angkat setiap kali jari-jariku menelusuri lembah basah di celah-celah vaginanya. Terkadang Crissy menjerit lirih saat citorisnya kupilin-pilin. Sepertinya bagian itu adalah bagian paling peka ditubuhnya yang sekaligus bisa memberikan rangsangan paling sensasional. Aku jadi paling sering bermain disana. Aku ingin memberikan Crissy kenikmatan yang paling sempurna, memanjakannya dan sekaligus menyayanginya dengan sepenuh hati.
"Crissy," bisikku, "Kamu benar-benar sangat cantik, aku tidak pernah membayangkannya, kau gadis paling cantik yang pernah kulihat."
"Terima kasih atas pujianmu yang sangat manis ini," kata Crissy, "Tapi ini cuman satu sisi saja. Aku sudah nggak pakai apa-apa sedang kamu masih pakai pakaian lengkap. Kamu sudah melihat seluruh bagian tubuhku tapi aku tidak. Sekarang saatnya kamu harus buka semua bajumu Kak."
Bobby segera berdiri dan melepas semua pakaiannya, kemudian berdiri telanjang bulat di depan Crissy. Tubuhnya yang tegap atletis dan batang kemaluannya mengembang penuh dan tegak menantang, ujung kemaluannya yang berbentuk seperti topi baja itu mengkilat saking tegangnya. Mata Crissy pun melotot memandang bagian itu. Tangannya segera meraih dan mendekapnya. Jari-jarinya tidak muat mencakup batang kemaluan kakaknya itu.
"Ya Tuhan, Bobby, luar biasa sekali punyamu ini, begitu keras dan sangat besar. Aku jadi ragu-ragu apa bisa muat dimasukkan kepunyaku?"
"Milik gadis bisa mengembang cukup besar sehingga akan bisa menampungnya semua. Kau tahu kan baby juga dilahirkan melalui lubang itu, dan baby tentunya jauh lebih besar dari pada punyaku."
"Ya, aku juga mengharapkan begitu," kata Crissy masih khawatir, "Tapi ingat lho, orang melahirkan itu prosesnya lain, tidak setiap saat punya wanita bisa mengembang seperti itu. Kamu harus hati-hati ya... Aku agak takut."
"Crissy sayang, aku pasti akan hati-hati, aku tak ingin membuatmu menderita, kau tahu pasti itu. '
"Ya aku sangat memahaminya," kata Crissy.
Bobby kembali memeluk Crissy, kini seluruh kulit tubuhnya bersentuhan dan bergesekan secara langsung dengan tubuh mulus Crissy. Crissy juga membuka pahanya lebar-lebar dan melingkarkan kakinya kepinggul Bobby. Batang kemaluan Bobby dijepit diantara belahan vaginanya. Seketika tubuh kedua remaja yang sedang dimabuk cinta itu bergetar, perasaan sensasional yang sangat nikmat mengalir kesekujur tubuhnya. Gesekan dan gerakan kecil dari permukaan tubuh mereka sedah menimbulkan perasaan nikmat luar biasa. Terutama Crissy, batang kemaluan kakaknya yang keras itu menekan dan mengegesek celah-celah vaginanya telah menimbulkan kenikmatan yang begitu luar biasa. Gadis ini hampir lupa diri dibuai kenikmatan. Tubuhnya seperti melayang-layang diangkasa.
"Ohhh, Bobby, Bobby, aku nggak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya. Setuhan tubuhmu memberikan kenikmatan yang teramat luar biasa. Aku benar-benar tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini sebelumnya. Ini karena kamu yang melakukan Bobby, kamu telah membuat impianku terwujud, bahkan lebih dari yang aku harapkan, dan rasanya aku benar-benar tergila-gila."
Bobby menggerakkan pinggulnya naik turun sambil menekan batang penisnya ke vagina Crissy, bibirnya keduanya saling berciuman dengan hot sekali, sementara tangan Bobby meremas dan memainkan putting buah dada Crissy. Crissy juga berusaha mengimbangi gerakan tubuh Bobby, digerakkan kekiri-kanan dan kadang diangkat-angkat. Tubuh keduanya sudah dibanjiri keringat. Tiba-tiba tubuh Crissy menegang dan mengerang keras, tangannya mencengkeram pundak Bobby dan pahanyapun menjepit pinggul Bobby kuat-kuat.
"Ooohhh..... Aaahhh... Aku keluarrr, ohhh Bobby aku keluarrr... Aku keluaarrr." Jerit Crissy, "Ooohhh Bobby... Aaahhh!"
Bobby masih meneruskan gerakannya, sambil pelan-pelan menurunkan temponya sampai tubuh Crissy lemas terkulai. Pemuda itu sangat terharu, matanya sampai berkaca-kaca menyaksikan adikknya mencapai orgasme yang demikian dasyat. Dia sangat bersyukur bisa memberikan kebahagiaan dan kenikmatan buat Crissy. Diciuminya seluruh wajah adiknya yang sangat dicintainya dan disayanginya ini. Untuk beberapa saat Crissy tidak mampu berkata apa-apa, matanya tertutup rapat, napasnya tersegal-segal dan seluruh tubuhnya terasa lemas bagai tak bertulang lagi.
Sesaat kemudian Crissy mulai sadar kembali.
"Aku tidak yakin ada orang lain yang bisa memberiku kenikmatan seperti ini Bobby," katanya pelan, "Benar-benar sangat luar biasa, aku benar-benar tidak pernah merasakan sebelumnya, aku benar-benar menyayangi dan mencintaimu Bobby," kata Crissy sambil menciumi wajah kakaknya dengan penuh kemesraan, "Tapi inikan baru permulaan saja bukan?" katanya lembut, "Aku masih menantikan kelanjutannya."
"Yeah, bagian pembukaan baru saja selesai," kataku.
"Biarkan aku melihatnya dulu," kata Crissy. "Aku belum pernah melihatnya dengan jelas," katanya sambil tersenyum. "Kenyataannya, Jimmy adalah laki-laki pertama yang pernah kulihat 'anunya', tapi dalam keadaan gelap sehingga aku nggak bisa jelas melihatnya. Sebelum milikku kau masuki punyamu ini, paling tidak aku bisa melihat dulu seperti apa bentuknya," katanya Crissy genit.
Crissy kemudian menggeser tubuhnya kebawah, sisi tubuhnya sebelah kiri tiduran diatas perutku sambil menghadap kebawah, sehingga wajahnya hanya beberapa cm dari batang penisku yang tegak mengacung langit. Tangannya kini menggenggam batang penisku dan menggerakkannya naik turun. Kepala topi bajaku yang mengkilat itu juga dijilati dan kadang-kadang diciuminya dengan mesra. Kini ganti Bobby yang dibuat kelojotan menikmati sensasi kenikmatan yang luar biasa.
"Oohhh... Crissy, aaahhh," desah Bobby.
"Apa aku sudah melakukannya dengan benar?" tanya Crissy.
"Tergantung," jawabku pendek sambil meringis menahan nikmat.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku bila kamu ingin melihatku segera keluar disana, kamu sudah melakukannya dengan benar."
"Kamu sudah mau keluar?"
"Ya Tuhan, ya!, tapi aku ingin dengan cara lain. Aku sudah nggak tahan lagi menahannya, tapi aku ingin menumpahkannya didalam milikmu itu, aku ingin merasakan kehangatan dan jepitan liang vaginamu yang kecil itu, dan nikmatnya keluar didalam vaginamu."
"Oh, Bobby, aku juga!" kata Crissy sambil menindih tubuhku.
Sepasang bukit dadanya yang padat mengusap dadaku, pahanya dibuka dan menjepit kedua pahaku sehingga batang kemaluanku bergesekan dengan ketat dengan belahan vaginanya. Kami berciuman dengan rakusnya, lidah kami saling belit dan saling sentuh.
Tubuh Crissy kembali bergetar dan mengejang, gadis ini begitu cepatnya kembali mencapai orgasme. Kurasakan cairan vaginanya yang hangat mengalir kebawah membasahi kantung kemihku.
"Crissy aku tidak bisa lagi menahannya berlama-lama."
"Aku juga Bobby, aku segera ingin menikmati milikmu sepenuhnya, ayo masukkan Bobby."
"Crissy, ini mungkin agak sakit untuk pertama kali. Kamu benar-benar sudah siap?"
"Ya tentu saja, aku wanita. Setiap wanita pasti tahu tentang itu dan aku sudah siap. Meskipun itu sakit tapi aku yakin kamu akan memberikan yang paling baik buatku, lebih baik daripada laki-laki lainnya. Katakan kepadaku apa yang sebaiknya aku lakukan, bagaimana posisiku? Aku terlentang kemudian kau melakukannya? Mungkin itu paling baik buatmu?"
"Tidak, tetap posisi seperti ini saja. Ini adalah cara terbaik buatmu untuk pertama kali," kataku, "Bertumpulah pada lututmu sehingga penisku tepat dibawah liang vaginamu. Kemudian turunkan pelan-pelan pinggulmu sampai kau merasa ujung penisku masuk ke liang vaginamu. Bila merasa sakit stop dulu beberapa saat sampai liangmu yang kecil itu mengembang menyesuaikan diri, kemudian turunkan lagi agar masuk lebih dalam. Begitu seterusnya sampai semua batang penisku masuk seutuhnya."
Crissy menciumku dengan mesra sambil berbisik, "Itulah yang aku mau, aku ingin pertama kali denganmu, kamu pemuda yang baik, aku tahu kamu akan sangat memperhatikan aku dan memberikan aku yang terbaik."
Crissy kemudian duduk bertumpu dengan lututnya, tangannya meraih batang penisku dan menempatkan ujungnya tepat dimulut liang vaginanya yang kecil itu. Dan sambil saling bertatapan mata, Crissy pelahan-lahan menurunkan pinggulnya menduduki penisku yang berdiri tegak.
Aku memandangi bola mata Crissy tanpa berkedip. Kulihat Crissy konsentrasi sepenuhnya. Perasaan kami sangat tegang menantikan saat-saat yang paling bersejarah buat kami berdua. Kurasakan ujung penisku mulai menyeruak masuk ke liang vagina Crissy. Terasa sempit menjepit, dan hangat. Crissy menghentikan tekanannya sambil menarik napas dalam-dalam, kemudian menekan lagi kebawah. Kulihat alis mata Crissy agak mengernyit kesakitan, tapi tetap menekan terus kebawah...
"Aahhh..." desah Crissy ketika ujung topi bajaku melesak masuk ke dalam liang kecil itu.
Untuk beberapa saat kembali Crissy menghentikan gerakannya. Wajahnya merah menahan sakit. Aku juga merasa ngilu dan nikmat luar biasa ketika ujung kemaluanku dijepit kuat-kuat.
"Sakit sayang, stop dulu jangan dipaksa," kataku sambil mengelus-elus bukit dadanya.
Crissy menggelengkan kepala sambil senahan sakit, tapi bibirnya berusaha tersenyum. Kemudian menekan lagi agak keras dan...
"Ohh..," erang Crissy ketika ujung kemaluanku terasa membentur semacam penghalang disana.
"Stop dulu sayang, itu adalah selaput perawanmu," kataku, "Agak sakit disini."
Crissy cuman mengangguk kecil. Kulihat air matanya mengambang disana. Beberapa kali Crissy mengambil napas dalam-dalam, kemudian menekan kuat-kuat...
"Aduhh... Ahhh, kak," jerit Crissy agak keras. Kurasakan ujung kemaluanku melesak sampai separuhnya menembus selaput keperawanannya.
Tubuh Crissy roboh diatas dadaku. Samar-samar kudengar isak tangisnya. Aku sangat terharu... Ya, hari ini aku telah memecah keperawanan adikku sendiri. Aku nggak bisa mengucapkan kata-kata, hanya kubelai-belai rambutnya. Sesaat kemudian Crissy mencium bibirku sambil berbisik,
"Aku sudah berhasil kak." Kulihat air matanya mengalir dipipinya, tapi wajahnya riang dan berbinar-binar. Kamipun berpelukan dengan mesra.
"Ayo Crissy, kita tuntaskan sekalian," bisikku, "Sekarang nggak usah ngotot, kita goyangkan saya pelan-pelan sambil ditekan sedikit-sedik, nanti akan masuk sendiri."
Sesaat kemudian Crissy menggerakkan pinggulnya pelan-pelan sambil menekan. Aku juga merusaha mengimbangi gerakannya sambil membelai-belai punggung dan pinggulnya. Kembali keduanya tenggelam ke dalam buaian kenikmatan lautan birahi.
Sedikit-demi sedikit batang kemaluan Bobby menyeruak masuk ke dalam liang vagina Crissy yang kecil itu. Tampaknya Crissy tidak mengalami kesakitan seperti tadi, meskipun desahan dan rintihan masih keluar dari bibir Crissy, tapi bukan karena sakit melainkan lebih banyak karena kenikmatan yang dirasakannya. Akhirnya tanpa mereka sadari seluruh batang kemaluan Bobby tenggelam sepenuhnya ke dalam liang vagina Crissy. Kini tubuh mereka sepenuhnya saling berhimpit dan merapat. Tidak ada lagi celah-celah ruang yang memisahkan tubuh keduanya.
"Ohh..." desah Crissy sambil menekan bukit dadanya kedada Bobby. Puttingnya yang sudah mengeras bagai kerikil itu terasa menggaruk-garuk dada bidang kakaknya. Bibir mereka saling menghisap sambil lidahnya saling membelai. Crissy kemudian berbisik ditelinga kakaknya,
"Bobby, penismu sudah masuk semuanya. Begitu penuh dan sesak, sepertinya nggak ada lagi ruang yang tersisa disana, Oh Bobby, memang sakit sekali tadi waktu masuk, tapi sekarang sepertinya nggak kurasakan lagi, enak sekali Bobby... Begitu nikmatnya."
Untuk beberapa saat mereka terdiam tanpa berkata-kata, hanya gerakan-gerakan kecil dari pinggul mereka. Pikiran mereka berdua sepertinya sedang dikonsentrasikan kebagian kemaluannya masing-masing dimana perasaan nikmat yang tiada terkatakan sedang mengalir ke seluruh tubuhnya. Kedua mata mereka saling bertatapan, senyuman manis Crissy yang penuh rahasia menghiasi wajahnya yang imut dan cantik sekali. Bobby merasakan betapa ketatnya jepitan liang vagina Crissy. Sehingga dengan sedikit gerakan saja sudah menimbulkan perasaan rasa nikmat luar biasa.
Pinggul Chrissy mulai digerakkan pelahan-lahan turun hampir. Bobby pun mengiringinya dengan gerakan yang seirama. Setiap kali batang penis Bobby tercabut naik sekitar 2 inci, kemudian ditekan lagi ke dalam. Setiap gerakannya menimbulkan sensasi luar biasa karena ketatnya jepitan liang vagina Chrissy pada penis Bobby dan juga karena permukaan kuit bagian tersebut memang paling sensitif. Cairan kewanitaan Chrissy keluar semakin banyak, melumasi dinding liang vagina itu sehingga mengurangi rasa pedih akibat gesekan, sehingga beberapa saat kemudian tidak ada lagi rasa pedih yang dirasakan Chrissy. Yang ada hanyalah sensasi kenikmatan dan kenikmatan, yang membakar seluruh tubuh mereka.
"Ohh Bobby, aku hampir tidak bisa percaya bagaimana nikmatnya ini! inikah surga?!" guman Chrissy.
"Ohh, Bobby, aku tahu ini akan luar biasa, aku tahu kau akan membuat keadaan ini menjadi luar biasa, tapi kenikmatan ini benar-benar jauh diatas yang aku bayangkan," kata Chrissy sambil meneruskan gerakannya.
Gerakan naik-turun tersebut makin lama semakin panjang, sehingga kemudian hampir seluruh 7 inci batang penis Bobby tercabut semua, dan kemudian ditekan lagi hingga amblas kedasar liang vagina Chrissy. Nafas Chrissy semakin memburu, dan sepertinya mulai agak tersegal-segal. Ini bukan hanya karena beratnya aktivitas yang dia lakukan, tetapi karena dia semakin naik mendekati puncak orgasmenya.
Dorongan gairah Chrissy yang semakin meningkat, dan tiba-tiba terdengar suara 'poop' ketika penis Bobby tercabut lepas.
"Ohhh, jangannn!" teriak Chrissy setengah menangis, "Kembalikan cepaaat, kembalikan cepaaat, ooohhh kembalikan kepadaku!"
Kudorong tubuh Chrissy terlentang, kupegang kedua pahanya dan kubuka lebar-lebar sehingga liang vaginanya terpampang jelas dihadapanku. Hatiku berdesir melihat betapa liang itu sudah terbuka sedikit, tidak merapat seperti sebelumnya. Dan dari liang itu tampak memeleh keluar darah segar bercampur cairan vaginanya.
"Ohhh... Darah keperawanan adikku, aku telah mengambil keperawanan adikku sendiri." Bathinku.
Kutarik pinggul Chrissy sambil kumajukan pinggulku sehingga batang kemaluanku yang tegang mengkilat basah oleh cairan vagiva Chrissy bercampur darah perawannya, menempel tepat di gerbang liang vaginanya. Pelahan kudorong penisku masuk. Meskipun masih cukup sulit karena sempitnya lubang itu, tapi berkat cairan vaginanya yang licin itu penisku bisa kumasukan semua sampai terasa ujung batang penisku menekan kuat dasar liang vagina itu. Chrissy merintih cukup nyaring ketika batang penisku bergesekan ketat dengan dinding liang vaginanya.
"Ohhh, ahhh, Bobby! Terusss... Masukkan ooohhh, ya yaa terusss!"
Aku hampir tidak percaya bahwa lubang kecil itu mampu mengembang sedemikian rupa sehingga batang penisku bisa masuk semuanya. Kemudian kutarik lagi penisku pelahan-lahan sampai separuh bagian dan kutekan kembali sampai amblas ke dasar liang vagina itu, demikian terus menerus kulakukan dengan tempo semakin lama semakin cepat.
Rintihan dan erangan Chrissy semakin keras, tubuhnya menggeliat geliat mengikuti gerakanku sambil pinggulnya terangkat-angkat setiap kali penisku kutarik.
"Ohhh, yes, yes, ohhh, terus, terus... Aaahhh ooohhh."
Kurasakan puncak orgasmeku sudah semakin dekat. Pikiranku juga melayang-layang. Adikku, adikku tersayang Chrissy, aku sedang ML dengan adikku sendiri, kuperawani adikku yang selama ini kusayang-sayang.
"Ohhh apa yang sedang kulakukan?" bisik hatiku, tapi kenikmatan ini benar-benar teramat sangat luar biasa sehingga aku tak mampu menolaknya... Aku benar-benar tak bisa membayangkan kenikmatan yang seperti ini...
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan teriakan Chrissy yang nyaring sambil tangannya mencengkeram punggungku. Tubuhnya bergetar dan mengejang. Sepertinya Chrissy telah mencapai orgasmenya kembali. Liang vaginanya berdenyut-denyut keras seperti meremas-remas penisku. Dan tiba-tiba penisku seperti kontak ikut terpengaruh sehingga batang penisku ikut berdenyut-denyut. Cepat-cepat kutarik keluar batang penisku, dan spermaku langsung menyembur keras keudara berkali-kali, dan jatuh menimpa dada, perut, paha dan bahkan juga berhamburan diatas kasur.
Mata Chrissy melotot menyaksikan semburan spermaku yang begitu dasyat. Gadis itu sampai lupa tentang orgasmenya.
"OHH, seperti itukah kalau pemuda orgasme???" serunya.
Dia usap-usap cairan sperma yang ada didadanya, diperhatikannya dengan seksama cairan putih kental dan lengket itu.
Batang kemaluanku tetap keras dan kencang meskipun telah orgasme, bahkan sepertinya hampir tidak berubah. Sepertinya rangsangan kenikmatan yang kurasakan membuat gairahku begitu tinggi sehingga belum terpuaskan hanya dengan sekali orgasme.
Kembali kupasang penisku digerbang liang vagina Chrissy, gairah Chrissy sepertinya juga tetap tinggi, mungkin setelah melihatku orgasme adikku ini jadi semakin bergairah. Langsung diraihnya leherku diciumi bibirku sambil memelukku erat-erat. Segera kutindih tubuhnya dan penisku kembali amblas ke dalam liang vagina Chrissy dan paha Chrissy juga langsung melingkar dan menjepit pahaku.
Gairahku langsung memuncak kembali, kugerakkan pinggulku naik-turun dengan bersemangat. Chrissy juga menggerakkan pinggulnya kekiri-kekanan mengimbangi gerakanku. Kembali kami berlomba dan saling memacu gairah birahi kami. Napas kamipun ikut berpacu semakin cepat.
Tanganku tak tinggal diam, kugerayangi kemulusan tubuh Chrissy, buah dadanya kuremas-remas dan puttingnya kupilin-pilin, membuat tubuh Chrissy menggeliat-geliah semakin liar dan desahan serta rintihannya semakin nyaring memenuhi ruangan.
Chrissy semakin bersemangat mengimbangi gerakanku. Adikku sepertinya semakin lincah dan pandai melakukan olah gerak seksual. Irama gerakannya semakin padu dengan gerakanku. Pinggulnya kadang-kadang bergerak kekiri-kekanan, tapi kadang-kadang juga berputar-putar atau diangkat-angkat yang pada akhirnya menimbulkan perasaan nikmat yang semakin luar biasa.
Mulutnya tidak hanya mendesis-desis dan mengerang-erang, tapi juga diiringi tangisan dan jeritan-jeritan kecil yang menimbulkan sensasi suara yang bisa membangkitkan bulu roma. Kami terus berpacu dan berpacu dalam alunan nafsu birahi. Kami benar-benar lupa dengan keadaan sekeliling kami, melupakan siapa kami. Yang ada hanyalah kenikmatan dan kasih sayang.
Irama gerakan kami semakin lama semakin cepat, napas kami sudah berpacu seperti lokomotip dan keringat kami sudah membanjiri sekujur tubuh kami. Sampai akhirnya kembali Chrissy menjerit sambil menggigit pundakku, tubuh dan kakinya mengejang dan menjepit kuat-kuat.
"Ooohhh... Aaahhh Bobbyyy... Aku keluar lagi, ooohhh aku keluar lagi."
Segera kupercepat gerakanku, kurasakan penisku juga sudah berdenyut-denyut, aku ingin keluar bersamanya. Dan satu menit kemudian, ketika denyutan-denyutan liang vagina Chrissy belum lagi hilang, batang kemaluanku berdenyut kuat dan segera kutekan kuat-kuat kedasar liang vagina Chrissy dan spermakupun menyembur kuat beberapa kali. Kembali Chrissy menjerit misteris merasakan semburan spermaku didalam dasar liang vaginanya.
"Ooohhh, BOBBY, OH BOBBY, terus, terusss, ohhh, luar biasa ooohhh, habiskan Bobby, terus, terus ooohhh."
Aku masih terus menggerakkan pinggulku naik-turun sampai beberapa saat setetah semprotan spermaku berhenti, kemudian tubuhku terkulai lepas diatas tubuh Chrissy. Adikku Chrissy sepertinya juga sudah kehabisan tenaga. Matanya tertutup rapat dengan napas masih tersegal-segal. Penisku masih tertanam di vagina Chrissy.
Beberapa saat kemudia mata Chrissy terbuka, dan kami saling berpandangan tanpa berkata-kata. Diapandangnya wajahku tajam-tajam. Dimata Chrissy aku tetap seperti seorang pahlawan, tapi sekarang ada lagi bayangan lain, sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya. Aku menyadari bahwa tatapan mata Chrissy memancarkan cinta kasih yang begitu mendalam, dan penuh kemesraan. Hatiku berdesir melihat tatapan mata itu. Sorot mata yang tidak pernah kulihat seumur hidupku. Akupun berbisik,
"Chrissy, benar-benar luar biasa, lebih dari yang pernah kubayangkan."
Chrissy menganguk sambil tersenyum manis sekali. Diraihnya leherku dan kamipun berciuman dengan mesra sekali. Tanpa melepaskan ciumannya, didorongnya tubuhku kesamping, dan kini gantian Chrissy yang menindih tubuhku. Pinggulnya digerakkan naik-turun sehingga celah-celah vaginanya menjepit dan mengesek batang penisku, membuat penisku bangun lagi.
"Oh, Bobby, Bobby, kakakku, kekasihku. Terimakasih Bobby. Terimakasih. Aku yakin ini adalah saat yang paling bersejarah dalam hidupku, paling manis dan paling indah. Terimakasih, kau telah memberikan yang terbaik buatku. Aku sangat menyayangimu Bobby."
Pinggul bergerak semakin cepat, saling bergesekan dan saling menekan. Penisku sudah kembali tegang dan membesar sepenuhnya. Chrissy menciumi wajahku sambil berbisik,
"Bobby, masih sangat banyak yang harus kau ajarkan tentang sex. Akhir pekan ini semuanya untuk kita. Maukan kau ajari aku lebih jauh tentang sex?"
Ya tentu saja aku tidak akan menolak permintaannya. Kuhabiskan malam panjang ini diatas ranjang bersama Chrissy. Kuceritakan semua yang aku ketahui tentang sex, tapi yang terutama adalah mempraktekannya bersama. Akupun juga banyak belajar dari dia. Malam itu benar-benar menjadi milik kami berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar